Kebebasan Hidup
PantonaNews.com - Tuhan memberikan kebebasan kepada mahluknya yang bernama
manusia untuk hidup sebebas-bebasnya ? Apakah setuju, tidak setuju, atau
ragu-ragu dengan pernyataan tersebut.
Hak setiap orang untuk berbeda pendapat dan tidak memaksakan pendapat kepada
orang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul diutus untuk “menyampaikan” pesan Tuhan,
dan bukan “memaksakan”.
Pada dasarnya setiap manusia dihadirkan di Planet Bumi
dengan membawa misi individual, dengan tugas dan kewajiban yang melekat pada
pribadinya. Kelak agenda sepanjang perjalanan hidup itu harus
dipertanggung-jawabkan secara transparan dan menyeluruh dihadapan pengadilan
akherat. Setiap tarikan nafas harus dipertanggung-jawabkan, setiap detik demi
detik yang terus berlalu juga harus dipertanggung-jawabkan. Semua aspek seperti
kata demi kata, langkah-demi langkah, rupiah demi rupiah, juga harus
dipertanggung-jawabkan.
Tuhan memberikan kebebasan absolute pada setiap manusia
untuk memilih dan memilah jalan hidup masing-masing, mau patuh, setengah patuh,
bahkan ingkar sekalipun terhadap aturan main yang dibuatNya boleh-boleh saja.
Namun pilihan hidup yang dipilih tersebut tentu saja ada konsekuensinya. Di
balik semua kebebasan hidup ada evaluasi dan penilaian yang berlangsung secara
terus-menerus, tanpa jeda. Semua poin nanti diakumulasikan, mana yang lebih
banyak, poin positif atau negative, poin patuh atau ingkar. Sederhana bukan ?
Manusia dilahirkan di Planet Bumi (untuk sementara ini belum
ada yang dilahirkan di planet lain) dengan satu misi, yaitu pengembaraan untuk
mengabdikan diri (beribadah) kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Pengabdian atau
ibadah ditempuh dengan berbagai upaya, kerja, sikap, ucap, rasa, piker dan
gerak rohani. Namun tidak ada pemaksaan, semua manusia diberi kebebasan
memilih.
Mau pilih jalan yang baik dan benar; jalan yang baik tapi
tidak benar; atau jalan yang tidak baik dan tidak benar. Tuhan itu Maha Esa,
secara logika sudah tentu jalan yang baik dan benar yang benar-benar dibuatNya
hanya satu.
Dengan kata lain, hanya ada satu panduan orisinil dan otentik
untuk kehidupan manusia yang dibuat oleh Tuhan. Selain dari yang satu (jalan
yang baik dan benar), bisa saja panduan memang dibuat oleh
Tuhan, namun sudah banyak “dipelesetkan” oleh manusia. Bisa juga panduan hidup
manusia itu memang benar-benar dibuat oleh manusia sendiri, dengan maksud
sebagai upaya pendekatan terhadap Tuhan.
Dengan kemampuan akal atau pikirannya manusia bisa belajar
dan menelaah perihal panduan hidup yang harus dijalankannya, mana yang
benar-benar otentik dan orisinil yang berasal dari Tuhan Sang Maha Pencipta. Alangkah
ruginya dan sia-sianya jika menjalani
kehidupan dengan patuh pada aturan, namun
kemudian hari diketahui aturan yang diikuti melenceng dari jalan yang
benar.
Manusia bebas menetapkan misi kehidupannya, misalnya “aku
hidup untuk kekasihku”; “aku hidup untuk mencapai karir puncak”; “aku hidup
untuk bangsa dan negaraku”, dan sebagainya. Padahal idealnya “aku hidup untuk
Tuhanku”. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa Tuhan telah menyusun suatu “kurikulum”
untuk kehidupan manusia, supaya manusia mempunyai arah dan landasan, sehingga
tidak tersesat. Tetapi tidak ada pemaksaan, boleh dipilih atau diabaikan, namun
tetap ada perhitungannya.
Begitu bertebaran beragam panduan hidup, mulai dari a sampai
z, berikut kombinasinya, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahkan baik
disadari atau tanpa disadarinya, setiap orang bisa membuat panduan
masing-masing, bisa memiliki pandangan atau paradigma hidup masing-masing. Lantas,
mau meng-akses jalan hidup yang mana untuk diterapkan ? Ya Tuhan kami,
pimpinlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan-jalan yang telah Engkau beri
nikmat, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat. (Atep Afia).
Sumber Gambar:
http://doctorseducati.blogspot.com/2011/02/hakekat-kebebasan.html
No comments:
Post a Comment